Selamat Jalan Uti


Masih terekam dengan jelas awal kali kita bertemu

Senyum indah yang merekah menyambutku di rumahmu

Sesosok wanita tua yang penuh kelembutan

Dengan tertatih membawa sandaran jalan yang terbuat dari stainless

Membuka gerbang pintu pagar rumah

Saat itu aku sudah mulai mencintaimu

Rambutmu yang mulai memutih,

Kulitmu yang mulai mengendur

Tak mengurangi gurat kecantikanmu yang dulu pernah menghiasi parasmu

Berada di dekatmu, bercerita dan bercengkrama

Adalah saat yang sangat aku tunggu

Uti, biasa kau disapa

Mengartikan eyang putri

Karenamu aku merasa hatiku begitu hangat

Kau juga adalah alasanku seolah kaki ini malas untuk melangkah pulang dari rumahmu

Saat itu aku masih menjadi kekasih cucumu

Tetapi yang selalu aku tanyakan pada dia adalah kabarmu

Uti, saat aku tak lagi menjadi kekasih cucumu

Aku sangat rindu dan ingin menemuimu

Saat aku merasa rapuh, aku ingin bersandar

Aku ingin mendengarmu bercerita

Tetapi aku tak lagi bisa

Kini,

3 November 2014 bertepatan dengan 10 Muharam 1435 H

Aku tak pernah lagi bisa menemuimu

Terpendam rindu yang sangat padamu

Terpendam cinta untukmu

Anggaplah akupun cucumu, uti

Hanya untaian kalimat doa yang dapat kukirimkan untukmu

Dalam linangan sungai air mata

Bukan buah ataupun makanan yang kubawa jika kau sakit

Sebuah harapan agar Tuhan menyayangimu di syurga

Seperti kami semua yang menyayangimu saat kau di dunia

Selamat jalan uti

Eyang Putriku tersayang

(Kamis, 061114)

Published in: on November 6, 2014 at 5:09 am  Tinggalkan sebuah Komentar  
Tags: , ,